TEMPO Interaktif,  Sepasang suami-istri itu duduk di kafe di bilangan Cikini, Jakarta. Dinaungi cahaya temaram, mereka duduk tenang dengan dua gelas kopi di meja. Setengah jam duduk, keduanya tak bercakap. Mereka justru terpaku pada layar laptop masing masing. Dengan layanan Wi-Fi gratis di kafe itu, keduanya sibuk mengakses situs jejaring sosial.
Kondisi seperti itu kini kian jamak ditemui. Entah menggunakan komputer jinjing atau ponsel, orang sering asyik sendiri dengan aktivitas online, utamanya situs jejaring sosial. Misalnya Facebook atau Twitter. Dua situs jejaring sosial itu memang paling digandrungi. Anggotanya mencapai ratusan juta.
Banyak orang maniak dengan situs jejaring sosial hingga membuat mereka menyepi dan jatuh ke jurang sosial. Sampai-sampai ada penyimpangan perilaku dikenal dengan Facebook addiction disorder (FAD). FAD merupakan bagian dari kecanduan Internet (Internet addiction). Walau belum ada dalam kamus psikologi, American Psychiatric Association berencana memasukkan kecanduan ini ke Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima, yang rencananya dirilis pada 2012.
Sebenarnya, menurut Dr Elias Aboujaoude, Asisten Direktur Klinik Obsessive-Compulsive Disorder pada Stanford School, tidak ada yang salah pada teknologi. "Kecuali kehidupan nyata mulai terganggu. Saat itulah ia jadi masalah," ujar Elias.
Penelitian dari University of Guelph, Ontario, Kanada mengungkapkan, situs jejaring sosial menjadi masalah berkaitan dengan hubungan laki-laki dan perempuan. Tiga peneliti, yakni Amy Muise, Msc; Emily Christofides, Msc; dan Serge Desmarais, PhD, menemukan fakta bahwa menghabiskan waktu di situs jejaring sosial membuat pasangan mereka cemburu.
Jadi mereka menghabiskan waktu untuk mengawasi aktivitas online pasangannya. "Akan jadi masalah jika menghabiskan banyak waktu dengan teman online daripada keluar dengan pasangan," kata mereka.
Pendiri Center Online Addiction, psikolog Kimberly S. Young, MD, PhD, menilai candu ini bisa dilihat dari gaya hidup. "Jika dalam hidup Anda online lebih banyak daripada offline, sudah saatnya Anda menilai kembali (perilaku Anda)," ujar Young.
Young, yang telah bertemu dengan puluhan remaja yang berusaha menghentikan kebiasaan situs jejaring sosial, menilai kecanduan ini seperti kecanduan lainnya. "Sulit untuk menyapih diri sendiri."
Saat ini, Young melanjutkan, tak ada program komputer yang ditujukan untuk membantu penyembuhan mereka yang kecanduan situs jejaring sosial. Bahkan, dua negara dengan populasi online terbanyak, Cina dan Amerika Serikat, harus membuka klinik terapi penyembuhan kecanduan Internet. Di Amerika Serikat, pada Juli 2009, dibuka program untuk rehabilitasi kecanduan Internet. Program selama 45 hari ini dibanderol US$ 14.500.
Young lalu menyajikan sejumlah tip agar tak terjerumus dalam candu situs jejaring sosial ini. Pertama, periksa kembali tujuan bergabung dalam situs jejaring sosial. Kenapa Anda bergabung? Apakah tujuan Anda bergabung? Apakah aktivitas Anda di situs jejaring sosial sudah sesuai dengan tujuan?
Kedua, catat apa yang sebenarnya Anda lakukan di situs jejaring sosial. Catatan ini berguna untuk mengontrol aktivitas Anda. Situs jejaring sosial bisa menjadi kegiatan yang memakan waktu jika Anda membiarkannya.

 TEMPO/Kink Kusuma Rein
Terakhir, buat jadwal aktivitas membuka situs jejaring sosial. Dengan jadwal ini, Anda membatasi waktu online agar sesuai dengan tujuan awal Anda. Periksa akun situs jejaring sosial sekali sehari. Ini adalah cara untuk melepaskan diri tanpa harus menghapus situs jejaring sosial dari kehidupan Anda.

| nur rochmi | berbagai sumber
Tanda masuk jurang sosial:

- Selalu membuka setidaknya tiga tab/window untuk mengakses situs jejaring sosial (Twitter/Facebook).
- Enggan tidur untuk tetap online.
- Jika akses ke situs jejaring sosial berkurang, Anda merasa gelisah, murung, depresi, atau mudah tersinggung.
- Kegiatan sosial di dunia nyata berkurang dan beralih ke situs jejaring sosial.
- Anda mulai mengungkapkan kasih sayang kepada orang tercinta melalui situs jejaring sosial daripada secara langsung.
- Anda memiliki teman banyak di situs jejaring sosial. Tapi daftar teman itu lebih banyak yang tak Anda ketahui siapa mereka.
- Sering berbohong untuk menutupi aktivitas berjejaring sosial yang berlebih.
- Situs jejaring sosial jadi tempat pelarian dari masalah dan depresi.
- Kehidupan Anda berpindah ke dunia maya. Anda mulai mengungkapkan bahasa sehari-hari ke dalam situs jejaring sosial.
- Fisik berubah (berat badan naik, sakit punggung, sakit kepala).

| nur rochmi | berbagai sumber



Related Post:

0 comments:

Post a Comment

Please,Leave your best comment,thank you

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...